This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Tuesday 11 September 2012

DONGENG SI KANCIL: KAJIAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS SASTRA

PENDAHULUAN

Menurut UU nomor 20 tahun 2003 disebutkan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Selain bagian dari definisi pendidikan di Indonesia, bagian kalimat tersebut juga menggambarkan tujuan pendidikan yang mencakup tiga dimensi yaitu dimensi ketuhanan, pribadi dan sosial. Artinya, pendidikan bukan diarahkan pada pendidikan yang sekuler, non individualistik  dan nonsosialistik. Tapi dari definisi pendidikan ini, pendidikan yang diarahkan di Indonesia itu adalah pendidikan mencari keseimbangan antara ketuhanan, individu dan sosial. Jika dipahami lebih jauh, dalam UU ini sudah mencakup pendidikan karakter. Misalnya pada bagian kalimat terakhir dari defenisi pendidikan dalam UU tentang SISDIKNAS ini, yaitu memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 ayat (1) menyatakan “Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”.
Menurut McCarrol (Megawangi, 2007:5) karakter terbentuk karena latihan setiap hari. Hal tersebut sesuai dengan arti karakter secara bahasa yaitu “mengukir”, dalam kegiatan mengukir dibutuhkan proses, keahlian serta ketelitian pengukir sehingga menghasilkan ukiran yang kokoh begitupun dengan proses pembentukan karakter individu yang harus dilakukan sejak dini sehingga karakter tersebut melekat kuat dalam diri individu. Beberapa negara yang telah menerapkan pendidikan karakter sejak pendidikan dasar di antaranya adalah Amerika Serikat, Jepang, Cina, dan Korea. Hasil penelitian di negara-negara ini menyatakan bahwa implementasi pendidikan karakter yang tersusun secara sistematis berdampak positif pada pencapaian akademis. Hal ini ditunjukkan pada permasalahan yang terjadi di Indonesia bahwa sekarang ini generasi muda kurang siap menyikapi masuknya budaya dan bahasa asing. Akibatnya tren kecintaan terhadap bahasa nasional kian menurun bahkan memprihatinkan di kalangan muda. Penurunan tersebut menurut Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan(Agus darma) disebabkan oleh kurangnya penggalian dan pemanfaatan nilai-nilai bahasa dan sastra.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Sub Bagian Humas Polres Magetan mencatat ada kenaikan 50 persen pelaku tindak kejahatan di Magetan masih berusia anak. Jumlah tersebut merupakan perbandingan angka antara tahun 2010 dengan medio 2011. Kasus yang lain adalah tercatat pada tanggal 24 Agustus 2009 dua anak tertangkap satpam mencuri helm di parkiran RSBT. Menurut pelaku, ini merupakan aksi yang kedua kalinya. Pada aksi yang pertama helm dijual seharga lima puluh ribu rupiah. Pelaku mengaku mencuri karena butuh uang jajan. Kemudian pada tanggal 27 Agustus 2009, remaja putus sekolah tertangkap basah mengambil makanan ringan, sebungkus rokok dan uang belasan ribu dari sebuah warung di kelurahan Pintu Air Pangkalpinang.
Beberapa kasus di atas memperlihatkan bahwa pendidikan karakter sangat penting untuk diberikan kepada anak sedini mungkin. Salah satu cara menanamkan karakter bangsa kepada anak didik adalah melalui sastra. Fungsi hakikat sastra adalah menyenangkan dan berguna: dulce et utile(Pradopo, 2007:61). Sastra dengan sifatnya yang menyenangkan dan berguna diharapkan mampu ikut berperan aktif dalam membangun karakter bangsa Indonesia. Melalui bermain, anak memiliki kesempatan untuk membangun dunianya berinteraksi dengan orang lain dalam lingkungan sosial, mengekspresikan dan mengontrol emosinya, serta mengembangkan kecakapan simboliknya.
Pembelajaran sastra di SD adalah Pembelajaran sastra anak. Sastra anak adalah karya sastra yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak, yaitu anak yang berusia antara 6-13 tahun. Sifat sastra anak adalah imajinasi semata, bukan berdasarkan pada fakta. Menurut Noor (2011:37) Sastra anak adalah citraan dan atau metafora kehidupan yang disampaikan kepada anak yang melibatkan baik aspek emosi, perasaan, pikiran, saraf sensori, maupun pengalaman moral, dan diekspresikan dalam bentuk-bentuk kebahasaan yang dapat dijangkau dan dipahami oleh pembaca anak. Hakikat sastra anak harus sesuai dengan dunia dan alam kehidupan anak-anak yang khas.
Beberapa  bentuk sastra anak diantaranya adalah dongeng. Dalam penelitiannya, McClelland menemukan dongeng dan cerita anak Inggris abad ke-16 mengandung 'virus' yang menyebabkan pembaca atau pendengar terjangkit penyakit The need for Achievement (Kebutuhan Berprestasi) yang kemudian terkenal sebagai n-Ach. Sedangkan cerita dan dongeng Spanyol justru meninabobokan rakyatnya. Hal ini berbeda dengan dongeng di Indonesia. Pro kontra masih saja bergulir seiring menanggapi keberadaan dongeng tokoh si kancil yang sering diberikan kepada anak baik itu di rumah maupun di sekolah. Dengan memperhatikan berbagai unsur karakter yang terkandung di dalam dongeng, kekhawatiran justru terjadi jika dongeng si Kancil masih saja diberikan kepada anak-anak. Ismail Marahaimin, guru besar Fakultas Ilmu Budaya UI, dalam makalahnya yang berjudul "Pembekalan pada Bengkel Penulis Cerita Anak," mengaitkan antara kepopuleran cerita si Kancil di Indonesia. Kancil adalah sosok binatang yang licik. Maka dari itu, pengakajian terhadap karya sastra yang diberikan kepada siswa di Sekolah Dasar masih perlu diperhatikan terutama dalam menanggapi dongeng si Kancil agar menjadi tokoh teladan bagi siswa Sekolah Dasar dalam pembentukan karakter.


ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Menurut T. Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan  makna yang sama dengan  pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk  pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan   warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga   masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat    atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang  banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena  itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai, yakni  pendidikan nilai-nilai luhur   yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka  membina kepribadian generasi muda.
Berdasarkan buku Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter  yang diterbitkan oleh badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan (2011), telah teridentifikasi 18 nilai-nilai karakter yang bersumber pada agaman, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu (1) Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8) Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10) Semangat Kebangsaan, (11) Cinta Tanah Air, (12) Menghargai Prestasi, (13) Bersahabat/Komunikatif, (14) Cinta damai, (15) Gemar Membaca, (16) Peduli Lingkungan, (17) Peduli Sosial, dan (18) Tanggung Jawab.
Jauh sebelum studi anak dilakukan, kenyataan menunjukkan bahwa tahun-tahun pertama merupakan saat yang kritis bagi perkembangan anak. Dalam hal ini Milton (dalam Soeparwoto, 2004:31) menyatakan bahwa “Masa kanak-kanak meramalkan masa dewasa, sebagaimana pagi hari meramalkan hari baru”.
Studi klinis sejak bayi hingga dewasa yang dilakukan oleh Erikson (dalam Soeparwoto, 2004:31) menyimpulan bahwa “masa kanak-kanak merupakan gambaran awal manusia sebagai manusia, tempat dimana kabaikan dan sifat buruk akan berkembang mewujudkan diri, meskipun lambat tetapi pasti”. Crumley, F.E. dkk, Gagne R.M dan Smith, dkk (dalam Soeparwoto, 2004:32) menunjukkan bukti bahwa sejarah anak yang mempunyai kesulitan penyesuaian sejak tahun-tahun prasekolah hingga sekolah menengah atau universitas telah memperlihatkan bahwa banyak di antara mereka sangat buruk penyesuaian dirinya pada masa kecil sehingga tidak pernah dalam suatu kelompok atau mempunyai banyak teman.
Penggunaan dongeng untuk pembentukan karakter bagi anak sudah lama digunakan. Salah satu dongeng yang paling terkenal di kalangan anak-anak adalah “Kancil Nyolong Timun” atau dalam bahasa Indonesia artinya Kancil Mencuri Mentimun. Dalam cerita yang dikisahkan dalam dongeng tersebut menunjukkan karakter Kancil sebagai pencuri yang licik untuk mendapatkan yang dia inginkan. Karakter licik dari tokoh Kancil sangat tertanam kuat dalam diri Kancil. Tidak hanya pada tokoh Kancil, tokoh Pak Tani pun tergambar memiliki karakter yang kuat. Hal ini ditunjukkan ketika Pak Tani mengetahui mentimunnya dicuri oleh Kancil. Tanpa memberi ampun Pak Tani menghukum Kancil dengan memukuli dan mengurung Kancil di dalam keranjang. Tokoh  Kancil lebih banyak memperlihatkan karakter tercela yang ditakutkan dapat dicontoh oleh anak. Hal ini dikarenakan anak tidak dapat langsung menerima nilai yang sebenarnya terkandung di dalam dongeng. Melainkan yang nyata terlihat adalah karakter nakal, pembohong, licik, dan banyak tipu muslihat dari tokoh kancil. Sebagai contoh di dalam dongeng “Si Kancil dan Buaya”, Kancil dengan liciknya membohongi buaya agar bisa menyeberangi sungai. Namun dari sisi lain sebenarnya dapat pula diambil pesan tentang kepandaian Kancil untuk melindungi dirinya dari musuh. Hanya saja, cara yang digunakan Kancil dapat dianggap kurang sesuai karena merugikan pihak lain.
Keberadaan dongeng Kancil yang pada saat ini sering menjadi perdebatan akademisi dunia pendidikan perlu mengalami revitalisasi agar tetap menjadi dongeng yang disukai anak dan mengandung nilai-nilai yang berguna bagi pembangunan karakter mereka. Proses pengubahan karakter tokoh Kancil dapat disesuaikan dengan grand design pendidikan karakter yang akan dibangun pada diri anak.
Khusus bagi anak, dongeng dapat memberikan rangsangan bagi kecerdasan anak, karena melalui kegiatan bermain, bercanda, dan berinteraksi, maka kemampuan berpikir logis dan rasional akan terpacu sehingga membantu percepatan belajar anak (accelerated learning). Dampak positif yang nyata pada anak adalah munculnya perkembangan dan kemampuan emosi (emotional quotion) anak dengan sendirinya (tanpa paksaan) sehingga akan terbentuk sikap kreatif, ramah, mudah bergaul, spontan dalam merespons sekitarnya, dan terbangun empati pada lingkungan dan orang lain yang ada disekitarnya.

SIMPULAN

Dongeng merupakan salah satu bentuk sastra yang memiliki peran besar dalam pembentukan karakter anak. Berbagai karakter yang terdapat dalam dongeng akan mempengaruhi pemikiran anak untuk meneladani tokoh tersebut. Namun beberapa dongeng yang menceritakan kisah si Kancil bagi sebagian pihak merupakan dongeng yang tidak sesuai diberikan kepada anak. Kancil dengan tingkah nakal dan liciknya dapat mempengaruhi perkembangan anak yang belum bisa mencerna isi cerita lebih dalam. Kelicikan Kancil untuk melemahkan musuh-musuhnya dapat dianggap sebagai kepandaian Kancil dalam mengatur strategi. Padahal hal tersebut merupakan karakter tercela yang tidak seharusnya ditiru oleh anak. Maka dari itu pemilihan karya sastra apapun khusunya dongeng bagi anak perlu melalui tahap filtrasi agar tidak semua dongeng diberikan kepada anak. Hal ini bukan berarti dongeng si Kancil mengandung makna negatif. Bagi mereka yang sudah mampu mengapresiasi sastra dengan baik, cerita si Kancil memiliki nilai-nilai positif seperti pandai, kreatif, inovatif, dan pantang menyerah. Namun bagi anak-anak yang belum bisa mengapresiasi sastra dengan baik, sikap si Kancil dapat dianggap sebagai tokoh panutan yang dapat dijadikan pedoman dalam mengambil keputusan ketika mereka dihadapkan pada masalah.

DAFTAR PUSTAKA

Harini, Sri dan Aba Firdaus. 2003. Mendidik Anak Sejak Dini. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Antoro, Billy. 2011. Kegiatan Sastra Dukung Pendidikan Karakter. http://dikdas.kemdiknas.go.id/content/berita/utama/kegiatan-sas-2. diunduh pada tanggal 29 Juni 2012 pukul 17:35

Disusun Guna Memenuhi Tugas Akhir Semester
Mata Kuliah Penulisan Karya Ilmiah dan Buku Ajar
Dosen Pengampu Bapak Sukarir Nuryanto

Saturday 1 September 2012

PGSD FIP Unnes adalah Anugerah

PGSD, Mungkin sebagian orang belum memahami apa itu PGSD?
PGSD merupakan singkatan dari Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Sesuai singkatannya  jurusan ini merupakan tempat bagi seseorang untuk belajar menjadi guru Sekolah Dasar. PGSD juga merupakan salah satu jurusan unggulan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Semarang. Pada dasarnya PGSD dikatakan unggulan karena setiap tahunnya jumlah pendaftar PGSD selalu berada pada urutan teratas dari segi kuantitas.
Berbagai keunikan akan di dapatkan ketika seseorang memasuki PGSD. Bisa dikatakan lebih dari unik, banyak orang yang shock dan terkesima ketika mereka mengetahui bahwa kampus PGSD UNNES ternyata terpisah dari kampus pusat yang ada di Semarang. Kampus PGSD FIP UNNES terpisah ke dalam dua bagian, di Semarang dan Tegal. Kampus PGSD UNNES Semarang beralamatkan di Jalan Beringin Raya No.15 Wonosari, Ngaliyan. Sedangkan kampus PGSD UNNES Tegal beralamat di jalan Kol.Sugiono 17 Tegal. Alhamdulillah, sejak 2 tahun yang lalu Allah memberikan kesempatan bagi saya untuk belajar di kampus PGSD UPP Semarang.
Jujur saja, awalnya kaget ketika pertama kali melihat keadaan kampus yang jauh berbeda dengan keadaan kampus pusat yang ada di Sekaran. Tapi setelah beberapa lama berada disana. Hanya perasaan nyaman dan kenikmatan yang dirasakan. Terkadang perasaan iri ingin memiliki kampus seperti di Sekaran memang dirasakan. Tapi, setelah saya pikir-pikir. Kampus yang sekarang memang sesuai bagi calon guru sekolah dasar. Rasa kekeluargaan sangat terasa di lingkungan kampus PGSD. Tidak hanya antar mahasiswa. Namun antara lembaga kemahasiswaan HIMA, KSR PMI, PRAMUKA, dan ROHIS FIRDAUS semuanya menyatu dengan satu tujuan untuk memajukan PGSD tercinta. Alhamdulillah tahun ini PGSD sudah mendapatkan akreditasi B oleh BAN PT.
Dapat dikatakan mahasiswa PGSD adalah mahasiswa multitalent. Mengapa saya dapat berkata demikian? Mahasiswa PGSD tidak hanya mempelajari materi Matematika, IPA, IPS, Bahasa, PKn, dan Agama saja. Namun berbagai ketrampilan juga wajib dikuasai oleh mahasiswa PGSD. Diantaranya adalah Penjaskes, Seni Drama Tari, Seni Musik, Seni Rupa, dan KTK. Saya yakin hanya jurusan PGSD yang dapat merasakan berbagai ketrampilan ini dalam satu jurusan saja.
PGSD merupakan anugerah. Karena disinilah saya bisa bertemu dengan dosen-dosen yang dengan sabar membimbing saya dalam mengikuti perkuliahan. Kutemukan juga sahabat sejati, kakak-kakak yang kucinta, dan rekan-rekan organisasi yang memberiku banyak pengalaman yang belum pernah kutemukan sebelumnya. Sempat terpikir dengan kondisi kampus yang terpisah seperti ini saya tidak bisa mengembangkan hobi untuk menulis. Tapi saya salah besar. Justru disini jalan untuk belajar menulis terus terasah dalam berbagai kompetisi yang diselenggarakan baik dari lembaga universitas maupun lembaga luar universitas. Subhanallah, hari-hariku semakin hidup untuk selalu belajar disini.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More