This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Friday 2 May 2014

Darurat Pendidikan Seks di Pendidikan Dasar

Oleh Dian Marta Wijayanti, SPd
Guru SDN Sampangan 01 Kota Semarang, Tim Assessor EGRA USAID Prioritas Jawa Tengah

Beragam reaksi tampak bermunculan atas kejadian di Jakarta International School (JIS). Kejadian ini memang cukup fenomenal. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat nyaman kedua setelah rumah justru menjadi area yang mengancam masa depan anak. Atas dasar itulah, pendidikan seks menjadi penting dan harus ditindaklanjuti agar tidak sekadar wacana dan menjadi konsep belaka.
Terlepas dengan sudah atau belum adanya perizinan sekolah, kejadian pelecehan seksual sebenarnya bisa terjadi di mana saja. Tidak memandang sekolah biasa maupun internasional, fenomena tidak terpuji ini bisa terjadi, termasuk di rumah. Maka, yang urgen dibahas untuk saat ini adalah bagaimana agar kejadian serupa tidak terjadi di tempat lain?
Mengingat korban pelecehan seksual yang terjadi di JIS adalah siswa TK, pendidikan seks hendaknya diberikan sejak dini di pendidikan dasar. Pendidikan seks di pendidikan dasar tidak lagi menjadi barang tabu. Kondisi yang berkembang di masyarakat mengajak dunia pendidikan untuk menyesuaikan diri, termasuk dalam pendidikan seks.
Pendidikan Seks
Tidak ada yang tabu ketika hal baru menjadi penting untuk segera digalakkan. Begitu pula dengan “pendidikan seks”. Era digital membawa anak menjadi dewasa dini. Hal ini terbukti dengan banyaknya anak SD bahkan PAUD yang sudah bermain “jejaring sosial”. Jejaring sosial begitu luas sehingga tanpa terkontrol anak bisa tahu banyak hal.
Sejalan dengan hal itu pendidikan seks urgen diberikan di pendidikan dasar. Setiap gagasan yang terlepas dari pro dan kontra, namun hal itu tidak menghambat suatu gagasan untuk masa depan anak yang lebih baik. Apalagi hal ini juga bertujuan untuk melindungi keselamatan anak-anak, khususnya di sekolah.
Setelah kejadian “keji” yang terjadi di JIS beberapa saat lalu, guru harus tanggap. Kejadian serupa bisa terjadi di mana saja. Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah memberikan pendidikan seks di pendidikan dasar. Meskipun tidak masuk dalam pelajaran tertentu, tapi mengenalkan pendidikan seks ketika anak masih kecil sangat penting dilakukan.
Pendidikan seks disesuaikan dengan usia dan perkembangan psikologi siswa. Artinya, pendidikan seks di sini bertujuan untuk menjaga keselamatan siswa ketika mereka terlepas dari pengawasan orang tua. Anak harus tahu hal apa saja yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan terhadap organ seks mereka. Selebihnya, anak-anak harus menjunjung tinggi nilai kesopanan baik sopan dalam bertutur, berpakaian, maupun berinteraksi dengan orang lain.
Tidak selamanya anak didampingi orang tua maupun guru sehingga membutuhkan bekal untuk melindungi diri mereka sendiri ketika jauh dari pengawasan. Pasalnya, kejahatan seksual seringkali terjadi ketika anak jauh dari pengawasan orang tua. Sehingga, pembekalan penting untuk dilakukan dengan sekolah sebagai wadahnya.
Solusi
Pendidikan seks di pendidikan dasar akan memberikan pengaruh besar bagi kehidupan siswa. Tidak hanya siswa, tapi orang tua juga akan menerima dampak positif. Tidak ada yang sulit ketika guru mau berpikir dan mencari solusi terbaik agar pendidikan dasar menjadi rumah ramah kedua bagi anak.
Pertama, mengajarkan anak berpakaian sopan. Kebanyakan sinetron dan film yang menampilkan cuplikan suasana sekolah perlu diberikan peringatan. Pasalnya, banyak adegan yang memperlihatkan anak-anak kecil menggunakan seragam sekolah “mini”. Hal itu sangat jauh dari kepribadian bangsa Indonesia. Apalagi ada oknum guru yang menggunakan seragam seksi di sekolahnya.
Hal itu menampilkan semakin parahnya gambaran dunia pendidikan yang seharusnya tidak demikian. Maka, menegaskan anak berpakaian sopan sangat penting. Jika postur tubuh anak membesar sementara ukuran pakaian tidak menyesuaikan, maka guru atau sekolah harus segera memberikan teguran di sekolah. Meskipun banyak yang meremehkan, tapi ketika gaya berpakaian anak yang kurang sopan dapat mengundang para monster pedofilia untuk bersikap nakal.
Kedua, memberi tahu anak bagian-bagian tubuh mana saja yang tidak boleh dilihat dan disentuh orang lain. Sebagian anak, apalagi yang masih kecil sangat suka disentuh orang lain. Menurut mereka, sentuhan orang dewasa selalu memberikan kenyamanan karena merasa ada kasih sayang yang tercurahkan dari setuhan itu. Tapi akan berbeda cerita jika bagian yang disentuh seharusnya tidak boleh disentuh orang dewasa lain. Sebagian besar anak diasumsikan tidak mengerti karena belum berpikir sejauh itu.
Di sinilah guru mengambil peran untuk mengarahkan anak agar melindungi dirinya sendiri. Misal, anak hanya boleh buang air dan ganti pakaian di kamar mandi yang terkunci. Anak juga harus tahu bagian-bagian tubuh yang tidak boleh dilihat orang dewasa lain. Perlu ditanamkan konsep pada anak bahwa bagian-bagian itu hanya boleh dilihat oleh dirinya dan ibu kandungnya. Hal ini akan melindungi anak agar tidak bersikap sesuka hati di ruang publik.
Ketiga, memberikan sosialisasi kesehatan organ reproduksi melalui cara yang menyenangkan. Melalui dongeng maupun cerita guru dapat mengarahkan alur berpikir anak terkait cara menjaga organ reproduksi. Guru dapat membuat cerita yang membuat anak berhati-hati ketika bersama lawan jenis, terutama yang sudah dewasa. Anak juga diajari menjaga kesehatan tubuh dari gangguan dewasa-dewasa nakal di luar sana.

Pendidikan seks di sekolah perlu diberikan sejak dini. Perkembangan zaman seakan telah menghapus istilah “tabu” bagi pengetahuan seks di kalangan anak-anak. Anak-anak perlu dilindungi dari berbagai virus yang dapat melumpuhkan masa depannya. Berbagai tindakan kekerasan seksual yang ada sekolah menjadi penyebab pentingnya pendidikan seksi segera direalisasikan. Tidak ada alasan untuk membiarkan kejadian seperti berlanjut hingga koran di lapangan semakin banyak. Indonesia membutuhkan sekolah yang ramah dan nyaman. Pendidikan seks adalah alternatif solusi terbaik memunpas pedofilia.

Menghidupkan Koperasi Siswa

Oleh Dian Marta Wijayanti, SPd
Guru SDN Sampangan 1 Semarang, Mahasiswi Pascasarjana Universitas Negeri Semarang

Salah satu kunci majunya perekonomian Indonesia adalah lewat koperasi. Karena itu, koperasi harus dihidupkan sejak dini lewat pendidikan. Apalagi, fakta di lapangan membuktikan masih banyak persoalan kedaulatan ekonomi yang dikuasai orang asing. Salah satunya kekuatan pasar kapitalis yang semakin menguasai semua ekonomi Indonesia. Pasar tradisional semakin tergeser dalam perannya menyeimbangkan kondisi perekonomian Indonesia. Oleh karena itu, perlu ada lembaga yang mampu memperbaiki struktur ekonomi yang bermazhab kerakyatan dan Pancasila.
Indonesia adalah negara hukum. Ketentuan tentang perekonomian telah diatur dalam pasal 33 ayat 1 UUD 1945 berbunyi “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan.”. Pasalnya, Indonesia telah memiliki lembaga yang berdiri dengan asas kekeluargaan. Lembaga itu adalah koperasi. Menurut UU No 17 tahun 2012 koperasi adalah badan hukum yang didirikan orang perseorangan atau badan hukum koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi.
Dari pengertian tersebut, jelas bahwa kekuatan koperasi perlu dikembangkan sejak dini untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia. Alternatif nyata adalah mendirikan koperasi siswa yang mengajarkan mereka untuk berwirausaha dan mandiri secara ekonomi dan intelektual.
Mati Suri Koperasi                                       
Keberadaan koperasi yang seharusnya menjadi penopang utama pemberdayaan ekonomi rakyat kecil, kini nasibnya seperti “hidup segan mati pun tak mau.” Bahkan, dari 271 koperasi yang tercatat di Dinas Koperasi Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Koperindag) Merangin, hanya sekitar 50 persen yang masih berjalan, sedangkan yang lainnya mengalami mati suri karena berbagai persoalan.
Sampai saat ini, pembangunan ekonomi lebih banyak difokuskan pada orang dewasa. Pendidikan jarang yang memberikan kesempatan bagi anak untuk ikut serta dalam membangun ekonomi. Padahal, perekonomian disusun sebagai usaha bersama. Hal ini mengartikan bahwa anak berhak ikut andil membangun ekonomi di negaranya.
Salah satu cara yang dapat dikembangkan adalah koperasi anak. Selama ini ada istilah Kopsis (Koperasi Siswa) dan Kopma (Koperasi Mahasiswa) di dunia pendidikan. Namun, benarkah keduanya telah berjalan maksimal? Ternyata belum. Hal itu terbukti dengan belum terlihatnya peran Kopsis dalam dunia ekonomi.
Beberapa Kopsis telah mengalami mati suri dan beralih fungsi. Kopsis seharusnya menjadi medan bagi siswa untuk belajar manajemen dan organisasi. Namun, sebagian sekolah hanya menjadi Kopsis sebagai alat untuk usaha. Peran siswa hanya memberikan setoran pokok dan setoran wajib, sementara yang menjalankan koperasi adalah guru dan karyawan sekolah. Hal ini sangat disayangkan jika tidak dihidupkan dan dimaksimalkan.
Dengan hidupnya Kopsis, diharapkan mampu membangun fondasi ekonomi sejak dini. Tidak hanya Kopsis di tingkat SMP dan SMA, namun di tingkat SD dapat diupayakan dengan maksimal. Mengajarkan pelajar untuk belajar mengatur uang, laba, dan belajar organisasi.
Cetak Biru Koperasi Siswa
Kopsis merupakan miniatur koperasi di Indonesia. Dengan berdasar atas asas kekeluargaan, Kopsis diharapkan dapat membantu siswa menemukan jati diri perekonomian Indonesia yang berbasis kerakyatan, Pancasila dan mengutamakan kepentingan bersama.
Jangan dilihat dari ukuran bangunannya. Tapi kita harus melihat kesejahteraan orang-orang di dalamnya. Itu yang diharapkan terwujud dalam Kopsis. Layaknya badan hukum yang lain, tentunya Kopsis butuh manajemen jelas dan revolusioner. Optimisme rekonstruksi Kopsis yang edukatif akan terwujud dengan memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkreasi, mandiri dan mapan.
Pertama, Kopsis harus didirikan di semua tingkat sekolah, terutama tingkat SD. Tak kalah penting, pendirian Kopsis harus ada pelindung yang cerdas dan revolusioner. Pelindung dari Kopsis adalah kepala sekolah atau perwakilan guru yang akan mendampingi siswa mengelola koperasi. Kedua, penentuan anggota koperasi yang terdidi dari semua siswa yang ada pada sekolah tersebut. Setiap anggota akan memberikan setoran pokok dan wajib.
Ketiga, pengurus koperasi dipilih dari ketua atau perwakilan dari masing-masing kelas. Pemilihan pengurus koperasi dapat dipilih pihak sekolah. Keempat, sekolah rajin memberikan monitoring terhadap perjalanan Kopsis agar setiap permasalahan yang muncul dapat segera terselesaikan. Sepertinya memang sederhana, tapi tanpa niat yang kuat tentunya tidak dapat terwujud.
Kelima, Kopsis bisa menjadi wahana untuk berwirausaha siswa. Lewat Kopsis, siswa bisa belajar berdagang, mengatur keuangan, penawaran jasa, dan mendirikan badan usaha kecil yang dikelola siswa. Ini sangat menarik jika dikelola dengan baik dan guru/kepala sekolah mengawal dan mendidik siswa mereka untuk berkoperasi.
Kekuatan Kopsis
Kopsis adalah wujud kaderisasi masa depan ekonomi Indonesia. Melalui pendidikan koperasi sejak dini, diharapkan jiwa kekeluargaan anak dapat terbentuk. Anak dapat berkembang melalui koperasi. Tidak hanya dalam bentuk materi, anak juga dapat belajar mengelola emosi ketika dihadapkan pada permasalahan.
Sebagai medan pendidikan koperasi, Kopsis memiliki peran besar. Oleh karena itu, berdirinya Kopsis di setiap sekolah sangat diharapkan. Bentuk Kopsis yang didirikan dapat berupa koperasi konsumsi maupun jasa. Kopsis dapat menjual peralatan sekolah dan hasil karya siswa. Keberadaan Kopsis dapat memotivasi siswa untuk berkreasi sesuai potensi masing-masing. Secara tidak langsung hal ini dapat memancing jiwa entrepreneur siswa sejak dini.

Jiwa entrepreneur sejak dini sangat diperlukan. Zaman sekarang, yang kuat adalah yan berani bersaing di pasar. Dengan pembelajaran sejak dini, anak akan belajar lebih banyak tentang ekonomi dan kemandirian. Anak akan lebih kritis ketika dihadapkan pada daya saing dan peningkatan mutu. Koperasi memang bukan segala-galanya, tapi cerahnya perekonomian Indonesia bisa berasal dari sana. Saatnya sekolah mengambil peran. Menghidupkan koperasi siswa atau membiarkannya mati suri tanpa kejelasan?

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More