Oleh Dian Marta Wijayanti, SPd
Guru SDN Sampangan 01
Kota Semarang, Tim Assessor EGRA USAID Prioritas Jawa Tengah
Beragam
reaksi tampak bermunculan
atas kejadian di Jakarta
International School (JIS). Kejadian ini memang cukup
fenomenal. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat nyaman kedua setelah rumah
justru menjadi area yang mengancam masa depan anak. Atas dasar itulah, pendidikan seks menjadi penting dan
harus ditindaklanjuti agar tidak sekadar wacana dan menjadi konsep belaka.
Terlepas dengan sudah atau belum adanya
perizinan sekolah, kejadian pelecehan seksual sebenarnya bisa terjadi di mana
saja. Tidak memandang sekolah biasa maupun internasional, fenomena tidak
terpuji ini bisa terjadi,
termasuk di rumah. Maka, yang urgen dibahas untuk saat
ini adalah bagaimana agar kejadian serupa tidak terjadi di tempat lain?
Mengingat korban pelecehan seksual yang
terjadi di JIS adalah siswa TK,
pendidikan seks hendaknya diberikan sejak dini di pendidikan dasar. Pendidikan seks di pendidikan dasar tidak lagi menjadi
barang tabu. Kondisi yang berkembang di masyarakat mengajak dunia pendidikan
untuk menyesuaikan diri, termasuk dalam pendidikan seks.
Pendidikan
Seks
Tidak ada yang tabu ketika hal baru
menjadi penting untuk segera digalakkan. Begitu pula dengan “pendidikan seks”.
Era digital membawa anak menjadi dewasa dini. Hal ini terbukti dengan banyaknya
anak SD bahkan PAUD yang sudah bermain “jejaring sosial”. Jejaring sosial
begitu luas sehingga tanpa terkontrol anak bisa tahu banyak hal.
Sejalan dengan hal itu pendidikan seks
urgen diberikan di pendidikan
dasar.
Setiap gagasan yang terlepas dari pro dan kontra, namun hal itu tidak menghambat suatu
gagasan untuk masa depan anak yang lebih baik. Apalagi hal ini juga bertujuan
untuk melindungi keselamatan anak-anak, khususnya di sekolah.
Setelah kejadian “keji” yang terjadi di
JIS beberapa saat lalu, guru harus tanggap. Kejadian serupa bisa terjadi di
mana saja. Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah memberikan pendidikan
seks di pendidikan dasar.
Meskipun tidak masuk dalam pelajaran tertentu, tapi mengenalkan pendidikan seks
ketika anak masih kecil sangat penting dilakukan.
Pendidikan seks disesuaikan dengan usia
dan perkembangan psikologi siswa. Artinya, pendidikan seks di sini bertujuan
untuk menjaga keselamatan siswa ketika mereka terlepas dari pengawasan orang
tua. Anak harus tahu hal apa saja yang boleh dilakukan dan tidak boleh
dilakukan terhadap organ seks mereka. Selebihnya, anak-anak harus menjunjung
tinggi nilai kesopanan baik sopan dalam bertutur, berpakaian, maupun
berinteraksi dengan orang lain.
Tidak selamanya anak didampingi orang
tua maupun guru sehingga membutuhkan bekal untuk melindungi diri mereka sendiri
ketika jauh dari pengawasan. Pasalnya, kejahatan seksual seringkali terjadi
ketika anak jauh dari pengawasan orang tua. Sehingga, pembekalan penting untuk
dilakukan dengan sekolah sebagai wadahnya.
Solusi
Pendidikan seks di pendidikan dasar akan memberikan
pengaruh besar bagi kehidupan siswa. Tidak hanya siswa, tapi orang tua juga
akan menerima dampak positif. Tidak ada yang sulit ketika guru mau berpikir dan
mencari solusi terbaik agar pendidikan
dasar
menjadi rumah ramah kedua bagi anak.
Pertama, mengajarkan anak berpakaian
sopan. Kebanyakan sinetron dan film yang menampilkan cuplikan suasana sekolah
perlu diberikan peringatan. Pasalnya, banyak adegan yang memperlihatkan
anak-anak kecil menggunakan seragam sekolah “mini”. Hal itu sangat jauh dari
kepribadian bangsa Indonesia. Apalagi ada oknum guru yang menggunakan seragam
seksi di sekolahnya.
Hal itu menampilkan semakin parahnya
gambaran dunia pendidikan yang seharusnya tidak demikian. Maka, menegaskan anak
berpakaian sopan sangat penting. Jika postur tubuh anak membesar sementara
ukuran pakaian tidak menyesuaikan, maka guru atau sekolah harus segera
memberikan teguran di sekolah. Meskipun banyak yang meremehkan, tapi ketika gaya
berpakaian anak yang kurang sopan dapat mengundang para monster pedofilia untuk
bersikap nakal.
Kedua, memberi tahu anak bagian-bagian
tubuh mana saja yang tidak boleh dilihat dan disentuh orang lain. Sebagian anak,
apalagi yang masih kecil sangat suka disentuh orang lain. Menurut mereka,
sentuhan orang dewasa selalu memberikan kenyamanan karena merasa ada kasih
sayang yang tercurahkan dari setuhan itu. Tapi akan berbeda cerita jika bagian
yang disentuh seharusnya tidak boleh disentuh orang dewasa lain. Sebagian besar
anak diasumsikan tidak mengerti karena belum berpikir sejauh itu.
Di sinilah guru mengambil peran untuk
mengarahkan anak agar melindungi dirinya sendiri. Misal, anak hanya boleh buang
air dan ganti pakaian di kamar mandi yang terkunci. Anak juga harus tahu
bagian-bagian tubuh yang tidak boleh dilihat orang dewasa lain. Perlu
ditanamkan konsep pada anak bahwa bagian-bagian itu hanya boleh dilihat oleh
dirinya dan ibu kandungnya. Hal ini akan melindungi anak agar tidak bersikap
sesuka hati di ruang publik.
Ketiga, memberikan sosialisasi kesehatan
organ reproduksi melalui cara yang menyenangkan. Melalui dongeng maupun cerita
guru dapat mengarahkan alur berpikir anak terkait cara menjaga organ
reproduksi. Guru dapat membuat cerita yang membuat anak berhati-hati ketika
bersama lawan jenis, terutama yang sudah dewasa. Anak juga diajari menjaga
kesehatan tubuh dari gangguan dewasa-dewasa nakal di luar sana.
Pendidikan seks di sekolah perlu
diberikan sejak dini. Perkembangan zaman seakan telah menghapus istilah “tabu”
bagi pengetahuan seks di kalangan anak-anak. Anak-anak perlu dilindungi dari
berbagai virus yang dapat melumpuhkan masa depannya. Berbagai tindakan
kekerasan seksual yang ada sekolah menjadi penyebab pentingnya pendidikan seksi
segera direalisasikan. Tidak ada alasan untuk membiarkan kejadian seperti
berlanjut hingga koran di lapangan semakin banyak. Indonesia membutuhkan
sekolah yang ramah dan nyaman. Pendidikan seks adalah alternatif solusi terbaik memunpas pedofilia.
1 comments:
Darurat Pendidikan Seks di Pendidikan Dasar
Post a Comment