Monday, 7 May 2012

NGURI-NGURI PERPUSTAKAAN PATABA


Soesilo Toer. Namanya tidak asing lagi untuk didengar. Kata Toer yang melekat di akhir nama Soesilo merupakan tanda bahwa beliau adalah putra dari Mastoer. Kepala Institut  Budi Oetomo (IBO) Blora pada masanya. Soesilo Toer adalah adik dari penulis kondang asal Blora, Pramoedya Ananta Toer. Dalam usianya yang mencapai 71 tahun, parasnya masih terlihat segar. Senyumnya sangat menawan. Penampilannya yang rapi menandakan bahwa beliau adalah sosok yang penuh wibawa. Rambutnya memang sudah memutih. Tapi semua itu tidak mengurungkan niat beliau untuk mengangkat nama perpustakaan PATABA. 

PATABA merupakan akronim dari Pramoedya Ananta Toer Anak Blora. Perpustakaan ini didirikan oleh tiga bersaudara, Pak Pram, Pak Soes, dan Pak Koesalah. Namun karena Pak Pram lebih dahulu menghadap ke Sang Pencipta, maka tinggal Pak Soes dan Pak Koesalahlah yang meneruskan. Awalnya, perpustakaan PATABA hanya dimaksudkan sebagai perpustakaan desa di Jetis, Blora. Namun karena adanya nama Pram yang melekat. Masyarakat dari luar kota pun berbondong-bondong mencari perpustakaan yang terletak di Jalan Sumbawa No 40, Jetis Blora. Sebagian besar dari mereka penasaran dengan perpustakaan yang disebut-sebut sebagai perpustakaan unik. Namun mengandung nilai pengetahuan yang sangat bermakna.
Pak Soes, nama panggilan akrab dari Soesilo Toer menjadikan PATABA sebagai perpustakaan yang menampung karya-karya dari Pramoedya Ananta Toer, Koesalah Toer dan karya-karya penulis lainnya. Banyak koleksi buku di perpustakaan PATABA. Jika kita berkunjung di perpustakaan PATABA. Buku yang akan kita temukan tidak hanya berbahasa Indonesia. Namun kita juga akan menemukan buku-buku berbahasa Inggris, Jerman, Rusia, Belanda dan buku asing lainnya. Hal ini mengingat Pak Soes pernah menghabiskan pendidikannya di luar negeri. Soesilo Toer menyelesaikan pendidikan di Institut Plekhanov pada tahun 1971 dengan gelar DR.PhD.
Perpustakaan PATABA yang terletak di ujung Jalan Sumbawa No 40 Blora mencerminkan nilai kesederhanaan yang cukup tinggi. Banyak orang yang tidak mengetahui bahwa rumah di ujung jalan itu adalah sebuah bangunan perpustakaan bersejarah. Bahkan beberapa anak kecil mengira rumah itu adalah rumah hantu. Hal ini dikarenakan bangunan seluas 300 meter di atas tanah seluas 3.315 meter lebih sering terlihat sepi seperti tidak berpenghuni. Maklum saja, yang tinggal di rumah tersebut hanya Pak Soes dan istri.
Bangunan ini memang sengaja dibuat seperti rumah biasa. Namun di dalamnya akan ditemukan manajerial perpustakaan yang lain dari biasa. Berbagai keunikan akan ditemukan di perpustakaan PATABA. Pertama, pengunjung akan dibebaskan memilih buku yang disukai tanpa adanya katalog. Kedua, perpustakaan PATABA sebagai saksi hidup Pram dulu dianggap memiliki kesakrakalan tersendiri. Oleh Pak Soes, pengunjung dari luar kota diberi kesempatan untuk menginap di rumah tersebut. Hal ini dimaksudkan agar para pengunjung yang jauh-jauh datang di perpustakaan PATABA bisa mendapatkan pencerahan atas ide-ide baru. Ketiga, para pengunjung juga akan mendapat makanan dan minuman gratis. Pak Soes telah menyiapkan air minum di perpustakaan. Jika sewaktu-waktu pengunjung haus, mereka dapat langsung mengambilnya. Pak Soes juga tidak segan-segan mengajak pengunjung untuk makan bersama keluarga ketika waktu makan tiba.
Dalam rangka HUT ke 133 Klenteng Hok Tik Bio Blora. Tempat ibadah ini menyelenggarakan kirab 52 dewa dari 41 kota mengelilingi kota Blora pada tanggal 17 Oktober 2010 kemarin. Suasana tampak begitu ramai di sepanjang Jalan Pemuda. Banyak stand-stand bergaya China yang berjejer di sepanjang jalan menuju klenteng. Tidak ketinggalan perpustakaan PATABA. Bapak Soesilo Toer juga ikut berkontribusi dalam kegiatan besar ini. Bersama karya-karyanya, Pak Soes membuka stand yang letaknya tepat di depan pintu masuk klenteng Hok Tik Bio. Beberapa buku telah Pak Soes tulis dan siapkan di standnya. Beberapa buku yang ditulis antara lain Pram Dalam Sastra&Fakta, Di Antara Pena, Perempuan dan Keberanian, Legenda gunung Kemukus, Putri Sendang Wungu, Pram dan Seks, serta Pram dan Seks 2
Niat Pak Soes untuk nguri-nguri (melestarikan) perpustakaan PATABA sangat besar. Beliau ingin mempertahankan perpustakaan yang telah dibangun bersama saudara-saudaranya. Apalagi mengingat nama Pram yang sangat besar, tentunya banyak orang yang bersimpati untuk mengangkat nama besar perpustakaan PATABA. Buktinya pengunjung yang datang di perpustakaan PATABA tidak hanya dari kota Blora. Melainkan ada juga dari Malang, Semarang, Jogja, Bandung, Palembang, Pati, dan Kalimantan. Buku yang di koleksi oleh perpustakaan ini pun sudah mencapai 3000 lebih buku. Ketika ditanya dalam acara ulang tahuan klenteng Hok Tik Bio, Pak Soes sempat mengatakan “Saya ingin mencari seseorang yang bisa mengelola perpustakaan ini. Namun saya belum menemukan orang yang tepat”.
Pramoedya Ananta Toer telah banyak mengenalkan Blora melalui karya-karyanya. Namun belum ada prasasti dalam bentuk apapun untuk mengenang  jasa tokoh yang dihormati dunia internasional tersebut. Harapan besar Pak Soes terhadap khususnya anak muda Blora sangat besar. Namun beliau juga tidak menutup tangan jika ada pemuda dari luar kota Blora yang mau ikut berkontribusi memajukan perpustakaan PATABA. Perpustakaan PATABA terbuka bagi siapapun. Pak Soes menunggu kedatangan lahirnya Pram Pram selanjutnya.



0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More