Soesilo Toer.
Namanya tidak asing lagi untuk didengar. Kata Toer yang melekat di akhir nama
Soesilo merupakan tanda bahwa beliau adalah putra dari Mastoer. Kepala Institut
Budi Oetomo (IBO) Blora pada masanya. Soesilo
Toer adalah adik dari penulis kondang asal Blora, Pramoedya Ananta Toer. Dalam
usianya yang mencapai 71 tahun, parasnya masih terlihat segar. Senyumnya sangat
menawan. Penampilannya yang rapi menandakan bahwa beliau adalah sosok yang
penuh wibawa. Rambutnya memang sudah memutih. Tapi semua itu tidak mengurungkan
niat beliau untuk mengangkat nama perpustakaan PATABA.
PATABA
merupakan akronim dari Pramoedya Ananta Toer Anak Blora. Perpustakaan ini
didirikan oleh tiga bersaudara, Pak Pram, Pak Soes, dan Pak Koesalah. Namun
karena Pak Pram lebih dahulu menghadap ke Sang Pencipta, maka tinggal Pak Soes
dan Pak Koesalahlah yang meneruskan. Awalnya, perpustakaan PATABA hanya
dimaksudkan sebagai perpustakaan desa di Jetis, Blora. Namun karena adanya nama
Pram yang melekat. Masyarakat dari luar kota pun berbondong-bondong mencari
perpustakaan yang terletak di Jalan Sumbawa No 40, Jetis Blora. Sebagian besar
dari mereka penasaran dengan perpustakaan yang disebut-sebut sebagai
perpustakaan unik. Namun mengandung nilai pengetahuan yang sangat bermakna.
Pak
Soes, nama panggilan akrab dari Soesilo Toer menjadikan PATABA sebagai
perpustakaan yang menampung karya-karya dari Pramoedya Ananta Toer, Koesalah
Toer dan karya-karya penulis lainnya. Banyak koleksi buku di perpustakaan
PATABA. Jika kita berkunjung di perpustakaan PATABA. Buku yang akan kita
temukan tidak hanya berbahasa Indonesia. Namun kita juga akan menemukan
buku-buku berbahasa Inggris, Jerman, Rusia, Belanda dan buku asing lainnya. Hal
ini mengingat Pak Soes pernah menghabiskan pendidikannya di luar negeri. Soesilo
Toer menyelesaikan pendidikan di Institut
Plekhanov pada tahun 1971 dengan gelar DR.PhD.
Perpustakaan
PATABA yang terletak di ujung Jalan Sumbawa No 40 Blora mencerminkan nilai
kesederhanaan yang cukup tinggi. Banyak orang yang tidak mengetahui bahwa rumah
di ujung jalan itu adalah sebuah bangunan perpustakaan bersejarah. Bahkan
beberapa anak kecil mengira rumah itu adalah rumah hantu. Hal ini dikarenakan
bangunan seluas 300
meter di atas tanah seluas 3.315
meter lebih sering terlihat sepi seperti tidak
berpenghuni. Maklum saja, yang tinggal di rumah tersebut hanya Pak Soes dan
istri.
Bangunan
ini memang sengaja dibuat seperti rumah biasa. Namun di dalamnya akan ditemukan
manajerial perpustakaan yang lain dari biasa. Berbagai keunikan akan ditemukan
di perpustakaan PATABA. Pertama, pengunjung akan dibebaskan memilih buku yang
disukai tanpa adanya katalog. Kedua, perpustakaan PATABA sebagai saksi hidup Pram
dulu dianggap memiliki kesakrakalan tersendiri. Oleh Pak Soes, pengunjung dari
luar kota diberi kesempatan untuk menginap di rumah tersebut. Hal ini
dimaksudkan agar para pengunjung yang jauh-jauh datang di perpustakaan PATABA
bisa mendapatkan pencerahan atas ide-ide baru. Ketiga, para pengunjung juga
akan mendapat makanan dan minuman gratis. Pak Soes telah menyiapkan air minum
di perpustakaan. Jika sewaktu-waktu pengunjung haus, mereka dapat langsung
mengambilnya. Pak Soes juga tidak segan-segan mengajak pengunjung untuk makan
bersama keluarga ketika waktu makan tiba.
Dalam
rangka HUT ke 133 Klenteng Hok Tik Bio Blora. Tempat ibadah ini
menyelenggarakan kirab 52 dewa dari 41 kota mengelilingi kota Blora pada
tanggal 17 Oktober 2010 kemarin. Suasana tampak begitu ramai di sepanjang Jalan
Pemuda. Banyak stand-stand bergaya China yang berjejer di sepanjang jalan
menuju klenteng. Tidak ketinggalan perpustakaan PATABA. Bapak Soesilo Toer juga
ikut berkontribusi dalam kegiatan besar ini. Bersama karya-karyanya, Pak Soes
membuka stand yang letaknya tepat di depan pintu masuk klenteng Hok Tik Bio. Beberapa
buku telah Pak Soes tulis dan siapkan di standnya. Beberapa buku yang ditulis
antara lain Pram Dalam Sastra&Fakta, Di Antara Pena, Perempuan dan
Keberanian, Legenda gunung Kemukus, Putri Sendang Wungu, Pram dan Seks, serta
Pram dan Seks 2
Niat
Pak Soes untuk nguri-nguri (melestarikan) perpustakaan PATABA sangat
besar. Beliau ingin mempertahankan perpustakaan yang telah dibangun bersama
saudara-saudaranya. Apalagi mengingat nama Pram yang sangat besar, tentunya
banyak orang yang bersimpati untuk mengangkat nama besar perpustakaan PATABA.
Buktinya pengunjung yang datang di perpustakaan PATABA tidak hanya dari kota
Blora. Melainkan ada juga dari Malang,
Semarang, Jogja, Bandung, Palembang, Pati, dan Kalimantan. Buku yang di koleksi
oleh perpustakaan ini pun sudah mencapai 3000 lebih buku. Ketika ditanya dalam
acara ulang tahuan klenteng Hok Tik Bio, Pak Soes sempat mengatakan “Saya ingin
mencari seseorang yang bisa mengelola perpustakaan ini. Namun saya belum
menemukan orang yang tepat”.
Pramoedya Ananta Toer telah banyak mengenalkan Blora melalui
karya-karyanya. Namun belum ada prasasti dalam bentuk apapun untuk
mengenang jasa tokoh yang dihormati
dunia internasional tersebut. Harapan besar Pak Soes terhadap khususnya anak
muda Blora sangat besar. Namun beliau juga tidak menutup tangan jika ada pemuda
dari luar kota Blora yang mau ikut berkontribusi memajukan perpustakaan PATABA.
Perpustakaan PATABA terbuka bagi siapapun. Pak Soes menunggu kedatangan
lahirnya Pram Pram selanjutnya.
0 comments:
Post a Comment