Wednesday 9 January 2013

SKRIPSI ITU RACUN (Sedikit berbagi pengalaman "Ayo lawan Skripsi")

Pagi skripsi, siang skripsi, sore skripsi, malam pun skripsi. Lebih detailnya nih, mau makan ingat skripsi, mau tidur ingat skripsi, bahkan mau mandi juga ingat skripsi. Wah, apa-apaan nih. Ya beginilah rasanya menjadi mahasiswa semester akhir. Salah satu persyaratan kelulusan adalah membuat skripsi. Begitu pula dengan yang sedang ku hadapi sekarang. Ku tulis dengan kapital "SKRIPSI". Mantapz sekali. 
Sejujurnya, keinginan untuk mengerjakan skripsi itu sangat kecil sekali. Rasa malas lebih sering menghampiri daripada semangat membara layaknya anak sekolah yang hendak menghadapi liburan. Tapi apa daya, mau tak mau skripsi harus dikerjakan. Membuang rasa malas adalah PR bagi kami mahasiswa skripsi. 
Aku bukan mahasiswa yang rajin. Aku juga bukan mahasiswa yang pintar. Aku hanya mahasiswa yang punya keinginan untuk segera menyelesaikan tugas skripsiku. Kata "segera" disini bukan berarti cepat tapi meninggalkan kualitas. Tapi quality and speed haruslah seimbang. Pernah ku berpikir apa mungkin bisa? Biasanya kualitas yang bagus membutuhkan waktu yang cukup lama. Tapi sekali lagi ku tekankan pada diriku tak ada yang tak mungkin. Maka dari itu, ku tulis besar-besar dalam catatanku "SKRIPSI itu RACUN". Mengapa demikian?
Tentunya kita semua tahu bahwa racun itu tidak baik dan sangat mengganggu. Seseorang yang terkena racun biasanya akan segera mencari obat atau cara untuk menyingkirkannya tidak hanya dalam waktu yang cepat tapi juga dengan cara sebaik mungkin. Begitu pula denganku. Mencoba menelateni skripsi yang sampai saat ini belum juga seminar adalah semangat yang masih terus menerus ku pertahankan sampai masa mengerjakan skripsi selesai. 
Sedikit berbagi polahku ketika mengerjakan skripsi:
1. Persiapkan referensi sebanyak-banyaknya 
    Memiliki banyak referensi sangatlah penting. Dari pengalaman kakak-kakak kelas, skripsi sering tersendat  karena kurangnya referensi. Maka dari itu, mengumpulkan berbagai referensi terkait judul skripsi kita sebelum membuka laptop adalah jalan pertama. Buku tak harus membeli. Pinjam kesana kemari pun bisa. Kalau buku sudah tersedia di kamar, ketika butuh akan lebih mudah untuk menjangkaunya.
2. Pastikan laptop selalu online
    Memang benar sih, ketika laptop online seringkali kita malah lebih banyak membuka jejaring sosial daripada mengerjakan skripsinya. Tapi bagiku itu tak masalah. Istilah sederhananya facebook dan twitter adalah "tombo ngantuk". Laptop yang selalu online akan membantu ketika sewaktu-waktu membutuhkan referensi tambahan.
3. Gunakan waktu luang untuk tidur
    Sedikit waktu luang ketika mood mengerjakan skripsi sedang jelek lebih baik digunakan untuk tidur. Tidur akan lebih bermanfaat daripada jalan-jalan tak jelas tujuannya. Di saat bangun tidur, badan sudah segar. laptop di samping bantal pun telah siap menanti untuk dikerjakan kembali.
4. Membuat masterplan dalam time table
    Memasang deadline untuk diri sendiri terkadang memang terkesan memaksa. Tapi tabel tersebut secara tidak langsung akan selalu mengingatkan kita untuk segera segera dan segera mengerjakan target yang hendak dicapai.
5. Tak perlu malu bertanya
    Tentunya akan banyak pertanyaan ketika kita menghadapi hal baru. Begitu pula dengan skripsi. Banyak hal yang sebenarnya aku tidak tau. Tanya pada dosen, kakak kelas dan teman adalah jawabannya. Tidak hanya itu, google sebenarnya juga banyak menjawab apa yang menjadi tanyaku.
6. Mussssssssiiiiiiiiikkkk
    Berhubung aku suka dangdut dan campursari. Laptop pun tlah full musik di saat jari-jari ini merangkai kata demi kata dalam skripsi. Musik bisa membangkitkan semangat lho .... Silahkan diisi sesuai genre musik kesayangan teman-teman.
7. Siapkan makanan di kamar
    Tidak hanya musik, makanan pun bisa mempengaruhi mood yang sedang galau karena skripsi. Tak perlu makanan yang berat dan mahal. Cukup beli pilus atau jajan kiloan bisa bertahan beberapa hari kok. Kalau perlu beli yang keras-keras aja biar awet, hehehe ....
8. Mengirim sms dan memajang foto orangtua
   Orangtua adalah cahaya yang paling terang di dalam semangat ini. Ketika malas menyelimuti batin, sms bapak atau ibu bisa menjadi alternatif solusi. Sms yang sederhana-sederhana saja. "Sampun dhahar Bu?" "Bapak nembe nopo?" "Bu, masak nopo?" ... hati kita bisa menjadi senang, rindu orangtua pun bisa terobati. Kalau tidak sms, melihat foto bapak ibu pun terkadang bisa membuat airmata membasahi pipi.
Yach, inilah yang bisa ku bagi. Semoga bermanfaat ya teman-teman. Mari sama-sama berjuang untuk skripsi ini. Demi bapak, demi ibu, dan demi orang-orang yang kita sayang :-)

4 comments:

weh keren mbak sip sip. like this :D

ternyata nemu yang beginian pas nulis skripsi mb hehe

Wah, iya to? Ini tulisanku zaman dulu dk. Hehe ...

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More