Sunday 28 July 2013

SENDU DI BALIK RINDU

Ibu, pagi ini suaramu berjalan melintasi kesunyian pagiku. Semangatmu membangunkan waktu sahurku pun memacu diriku untuk segera terbangun meski tak ada makanan yang ku masukkan ke mulut ini. Tetap terbangun dan memasang suara semangat menjadi caraku agar ibu tau kalau anaknya yang mancung ini sudah terbangun dan siap menyantap makanan lezat di menit-menit akhir sahur. Meski sebenarnya hanya seteguk air yang mampu mengalir menyusuri kerongkongan kecil ini.

"Kapan pulang Mbak?" Yen wis ra ono gawean ndang gage mulih a ..."
Hati yang entah bagaimana warnanya ini terasa sangat perih. Ada perasaan sangat berdosa ketika belum bisa mewujudkan keinginan beliau yang cantik disana.
"Sekedap malih Bu ... Insya Allah minggu ngajeng" berat mengatakan karena belum tau bisa melaksanakannya atau tidak.

Ibu,
Di hadapan engkau mungkin aku masih terlihat seperti anak kecil ibu yang manja. Anak kecil ibu yang rajin belajar agar bisa mengatakan "Ibu, mbak Dian dapat juara satuuuu" layaknya diriku waktu masih SD dulu. Tapi tidak ibu, anak ibu yang sekarang sudah tumbuh sebagai gadis dewasa yang tidak hanya memikirkan nilai. Ada hal-hal lain yang suatu saat ingin mbak Dian tunjukkan pada ibu. Semua itu pun seperti mimpi-mimpi ibu yang lain atas anak ibu yang satu ini.

Suatu hal yang sendu ketika kerinduan itu menyatu di balik suara adzan Subuh 27 Juli 2013. Hati ibu yang besar senantiasa menjadi kekuatan luar biasa di saat lemahku. Ketika mbak Dian terjatuh dan hanya bisa meminta maaf karena belum bisa membuat ibu bangga. Ibu seakan menutup mata di balik kekecewaan yang mungkin tersimpan pula. "Akan ada yang lebih baik selain yang sekarang. Esok mbak Dian akan mendapatkan kesempatan lain".

Subhanallah,
Izinkan mbak Dian segera menyelesaikan amanah ini Bu ...
Segera pulang dan menikmati hari-hari bersama ibu adalah keinginan terbesarku hari ini.
Salam rindu dan cium termuahhh di pipi Ibu
:*

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More